BAPELTANBUN MENGHADIRI WORKSHOP MULTISTAKEHOLDER PLATFORM DAN EVIRONMENTAL SOCIAL FRAMEWORKBAPELTANBUN MENGHADIRI
Senin, 13 Mei 2024. Kementerian Pertanian melalui Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) sedang giat membangun kawasan pertanian berkelanjutan dengan Program ICARE (Integrated Corporation of Agricultural Resources Empowerment) di 9 provinsi Indonesia.
Nusa Tenggara Barat melalui Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) NTB menyelenggarakan kegiatan Workshop Multistakeholder Platform dan Evironmental Social Framework (ESF) yang dihadiri oleh 200 peserta yang terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah Lingkup Pemprov Nusa Tenggara Barat, Organisasi Perangkat Daerah Lingkup Pemkab Lombok Tengah, Akademisi dari Universitas Mataram, Kepala UPT HPT dan Keswan Kecamatan, Penyuluh Pertanian dan Stakeholder lainnya
Dalam pertemuan ini dihadiri oleh Kasi Penyuluhan Bapeltanbun dan Koordinator Penyuluh Pertanian Provinsi NTB bertempat di Swiss Belcourt Hotel, Praya, Lombok Tengah membahas terkait Integrasi jagung dan ternak ayam kampung unggul, rencana kerja ICARE serta pembentukan korporasi petani.
Integrated Corporation of Agricultural Resources Empowerment (ICARE) terlaksana di Kabupaten Lombok Tengah sebagai pusat pertanian berbasis korporasi dengan terintegrasi jagung – ayam KUB di 3 kecamatan (Praya, Praya Tengah, Praya Barat) bertujuan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan sektor publik maupun swasta untuk mewujudkan pertanian dan rantai nilai yang cerdas di lokasi sasaran proyek sehingga akan di dapat keluaran berupa meningkatnya akses petani terhadap aset/sarana dan prasarana serta layanan pertanian ,terbangunnya kemitraan rantai nilai komoditas pertanian , meningkatnya penjualan hasil produk pertanian, korporasi petani dan meningkatnya produktivitas pertanian
Program ICARE dijalankan selama 5 tahun, dimulai pada tahun 2023, dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk BSIP, Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi, Swasta, off taker, serta stakeholder lainnya. Adapun bentuk manfaat dari ICARE ini dilihat dari beberapa aspek : 1). Pengetahuan/kemampuan teknis usahatani, diversifikasi dan rantai komoditas; 2). Kemampuan mengelola organisasi kelompok tani dan korporasi petani; 3). Produktivitas, produksi dan pendapatan usaha tani; 4). Akses penguatan modal usaha dan permodalan.